Cerita Perjalanan Menuju Tanah Andalas di Sumatera

Tanah Andalas. Sewaktu berumur 20 tahun, tidak ada terbesit sedikitpun pikiran bisa kesini. Membayangkan saja tidak. Yang terbayang saat masih mengenyam bangku kuliah adalah, kerja di balik meja dan tumpukan tugas yang minta segera diselesaikan.

Tapi waktu menunjukan bahwa mimpi itu selalu berkembang dan semakin beragam, beranak pinak. Apalagi setelah berkenalan dengan gunung, suatu perubahan yang sangat besar dalam hidupku. Dan aku sangat bersyukur untuk itu.

Banyak kenalan, banyak relasi, banyak teman, dulu mustahil memilikinya, karena aku ini adalah si pasif. Sejak mengenal gunung, instagram, semuanya berubah total. Aku tidak lagi mampu menghindari yang namanya sosialisasi, adaptasi, dan “si si” yang lain. Aku harus menghadapinya, mau tidak mau. Ada “kengerian” tersendiri saat bertemu orang baru, takut nggak cocok, takut tidak sesuai, takut nggak nyambung, dan serentetan ketakutan lain.

Tapi setelah kenal, yaa so far so good, bahkan kadang muncul pertanyaan “kenapa kami baru kenal sekarang?”. Seperti di Tanah Andalas kemarin. Aku percaya bahwa orang baik akan bertemu dengan orang baik. Bisa dibilang aku ini orang yang cukup baik (tidak suka membunuh manusia, tidak suka mencuri bank, tidak suka mencopet dompet nenek di jalan dsb). Dan benar sekali, aku bukan cuma ketemu orang baik, tapi super baik.

Mereka ini seperti malaikat yang dikirimkan Tuhan untuk menggantikan kekecewaanku terkait plan meRAUNG yang gagal total itu. Gagal satu tumbuh seribu kebahagiaan. Saya percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi karena ada alasan yang tersirat sendiri dibalik semua itu. Semesta sudah pasti mempersiapkan yang terbaik untuk diri kita. Baik itu cobaan untuk menjadi orang yang lebih baik lagi, maupun kebaikan di masa depan atas apa yang telah terjadi.

Hari itu, Selasa 24 Juli 2018, dengan sadar aku katakan bahwa, pilihanku sudah sangat tepat, dengan terbang menuju Tanah Andalas, Ranah Minang, Negeri milik teman – teman baikku. Terimakasih Sumatra, Terimakasih Sumatra Barat, Terimakasih Padang, Terimakasih Singgalang, Terimakasih Marapi, dan terimakasih untuk 2 kawan baikku Ari dan Indra. Sampai jumpa di Jambi!