Ambil Makna Dari Setiap Pengalaman Hidup yang Dilewati

Pernah suatu kesempatan saya ditanya oleh seseorang yang baru saja saya kenal. “Mon, kenapa sih kamu selalu melanglang buana?” Saya pun menjawab santai “Sebab saya ingin belajar.” Tak puas akan jawaban saya, ia bertanya kembali penasaran, “Bukankah dari sekolah dulu kamu selalu belajar hingga dewasa? Dan daripada menghabiskan waktu, biaya, dan tenaga, kan lebih baik dijadikan modal usaha untuk menjalankan bisnis kekinian yang nantinya membuat kamu menjadi lebih kaya lagi..??”
.
Saya pun menjelaskannya “Bukan kekayaan yang saya buru, melainkan kebahagiaan. Dan ilmu pembelajaran yang saya dapat dari bertualang itu cukup membuat saya bahagia”. Masih saja tak puas, ia mencecar kembali “Melanglang buana yang kamu lakukan itu kan ga membuat kamu bisa membeli apa yang kamu mau? Rumah besar atau mobil bagus misalnya. Bahagia saja ga cukup, Mon.”
.
Sedikit bingung juga untuk memuaskan pertanyaannya, sebab saya sadar bahwa tiap individu memiliki pola pandang yang berbeda, tak mungkin sama dan itu sah saja. Lantas saya menjawabnya santai, memilih jawaban saya sendiri: “Terimakasih masukannya bung, tapi kaya saja belum tentu bisa bahagia. Dan paling penting, kaya saja belum tentu bisa berilmu. Sebab tujuan manusia hidup itu belajar. Bukan menjadi kaya raya.” Jawab saya menyudahi nya sambil tersenyum.

Sejak dulu manusia belajar, dan terus belajar, berkodrat belajar dan hijrah, bermigrasi. Yang pada akhirnya memperluas cakrawala berpikir nya. Maka itu penjelajahan itu ada. Memang sudah dari sananya manusia selalu memiliki hasrat untuk mencari dan mencari sesuatu yang baru serta mengembangkan diri sendiri. Dengan demikian dapat terciptalah ekosistem dan kehidupan yang seperti sekarang ini. Jika dipikirkan, sangat berbeda dengan zaman neolithikum.

Mari berekspedisi hidup dengan tekad yang lebih tangguh. Ini perjalanan panjang kawan, bagai marathon. Menjemput prestasi yang lebih baik lagi. Kemauan kuat. Yakin. Ber ton-ton optimisme, dan tentunya campuran racikan semangat yang gila. (Sebab, normal saja tidak cukup. Dibutuhkan kreatifitas yang gila untuk merubah diri dan berbuat lebih baik).